Jakarta, jatengtrust.com – PPRA LXII Lemhannas RI kembali menggelar kegiatan Focus Group Discusssion (FGD III) untuk menyongsong penyelenggaraan seminar nasional PPRA LXII Lemhannas pada Agustus mendatang.
FGD III yang digelar Selasa, 13 juli 2021 melalui aplikasi Zoom, dengan mengangkat tema diplomasi produk kuliner dan pengembangan rempah asli Indonesia sebagai upaya pemulihan ekonomi nasional dan dibuka oleh Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Mayjen TNI Sugeng Santoso, S.I.P. , dan Ketua Seminar Nasional PPRA LXII Lemhannas RI Kolonel Pnb Aldrin P Mongan, S.T., M.Hum., MHan.

FGD III ini diikuti oleh para Peserta PPRA LXII Lemhanas RI, serta para praktisi dari beberapa Universitas dan juga perwakilan dari beberapa Pemerintahan Daerah, dimana menghadirkan enam narasumber, yaitu Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kores Selatan, H.E.Mr, Umar Hadi, Founder The Green Coco Island, Prof. Wisnu Gardjito, Unit Head Herbal Marthaa Tilaar Group, Prof.Dr.Ir Bernard T. Widjaja.M.M.,CSCA, deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM RI, Dra, Rita Endang, Apt.,M.Kes, C0-Founder Indonesia Tempe Movement, Amadeus Driando Ahnan Winarno, PhD, Direktur Eksekutif TMII dan GM Candi Borobudur, Kolonel (P) I Gusti Putu Ngurah Sedana.

Kegiatan FGD III merupakan lanjutan dari kegiatan FGD I pada Jumat, 28 Mei 2021. Dan FGD II, Pada 11 juni 2021. Acara focus group discussion ketiga ini merupakan rangkaian dari beberapa FGD yang telah dilaksanakan oleh PPRA LXII sebelumnya, merupakan rangkaian dari kegiatan seminar nasional PPRA 62 tahun 2021 yang akan dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus tahun 2021 dengan tema, “Modal Sosial Dan Budaya Menjadi Kekuatan Nasional Dalam Pemulihan Ekonomi Di Tengah Pandemi Covid 19”.

Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Mayjen TNI Sugeng Santoso, S.I.P. dalam kesempatan tersebut mengatakan, “Informasi dan masukan dari para narasumber agar para peserta memperoleh wawasan dan ilmu pengetahuan secara kolektif untuk dapat memperkaya naskah ilmiah seminar nantinya”.

Dari hasil FGD 1 pada tanggal 28 Mei 2021 yang lalu di ulas tentang modal budaya adalah emasnya Indonesia dimasa mendatang yang dapat dikembangkan dan membantu pemulihan perekonomian nasional terdapat dua kategori budaya yang sudah berkembang dan ditransformasikan menjadi bentuk ekonomi dan dapat dimanfaatkan secara luas yaitu kreatif industri dan modal budaya yang sudah bertransformasi berupa produk kuliner Kraft fashion dan masih banyak lagi dan lifestyle atau gaya hidup yang bertransformasi dan melibatkan modal budaya tersebut dan pada FGD yang kedua dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2012 1 dengan memfokuskan materi untuk muatan naskah seminar terutama yang berhubungan dengan ekosistem yang mendukung modal budaya yang sudah dihasilkan seperti yang sudah dibahas pada giat FGD tersebut.

Menurut ketua Seminar, Kolonel Pnb Aldrin P Mongan, S.T., M.Hum., MHan, “kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk pada akhirnya hasil dari FGD ini akan memberikan sumbangan pemikiran langsung kepada pemerintah, kami cukup bangga juga berbahagia dan berharap, selesai seminar nanti, akan paparan langsung kepada Presiden Republik Indonesia seperti tradisi biasanya yang ada.

Kegiatan FGD III kali ini mengusung tema “Diplomasi Produk Kuliner Dan Pengembangan Rempah Asli Indonesia Sebagai Upaya Pemulihan Ekonomi Nasional”, dimana Sosial dan budaya ini dalam masyarakat Indonesia yang sudah ada sejak lama menjadi sebuah kekuatan bagi masyarakat di berbagai daerah untuk bertahan di dalam menghadapi kondisi ekonomi sosial dan budaya ini dapat menjadi sebuah kekuatan kolektif untuk membantu memudahkan aktivitas ekonomi dan sosial secara optimal, dimana dengan memanfaatkan kesadaran masyarakat akan berbagai kekuatan modal sosial budaya dalam kelompok masyarakat Indonesia.

Sosial budaya dan lembaga budaya adalah aset sosial seseorang yaitu ilmu keterampilan kepandaian pendidikan kecerdasan dan yang mempromosikan mobilitas sosial dalam stratifikasi masyarakat feodal budaya berfungsi sebagai hubungan sosial dalam praktek ekonomi yang terdiri dari semua material dan simbolis apakah masyarakat menganggap yang langka dan mempunyai nilai sebagai hubungan sosial dalam suatu sistem pertukaran modal budaya merupakan akumulasi pengetahuan budaya yang memberikan status sosial dan kekuasaan.

Pada kesempatan tersebut, Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan, memberikan masukan, “Saya sangat mengapresiasi tema dan pokok bahasan dari diskusi kita oleh PPRA 62 Lemhanas ini yang menurut saya luar biasa karena tidak seperti mengukir langit tapi ini betul-betul tema yang membumi dan insya Allah akan membawa manfaat buat orang banyak, barangkali Kita bisa belajar dari pengalaman Korea Selatan dalam mengembangkan potensinya yang disebut dengan produk kreatif Korea yang saat ini sedang menjadi fenomena global.

Pada pelaksanaannya berlangsung cukup menarik dengan banyaknya masukan dari para nara sumber dan peserta yang dapat dijadikan kajian sebagai refrensi guna penyelenggaraan seminar yang akan datang.
Pada FGD III ini mengusung tema tentang pengembangan produk kreatif dan diplomasi produk kuliner asli Indonesia diantaranya tempe dan kelapa beserta produk turunannya sebagai hasil dari modal budaya yang berpotensi untuk dikembangkan secara luas oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pendorong untuk menggerakkan pemulihan perekonomian Indonesia.

Dimana C0-Founder Indonesia Tempe Movement, Amadeus Driando Ahnan Winarno, PhD, menyampaikan bahwa tempe adalah produk makanan yang unggul gizi dan manfaatnya, sehingga menurutnya, “kami mempunyai visi untuk menduniakan tempe agar dikenal oleh masyarakat dunia.

Demikian halnya, Founder The Green Coco Island, Prof. Wisnu Gardjito, dalam ulasannya juga memberikan spirit bagi bangsa Indonesia untuk menjaga potensi Sumber daya kita yang sangat banyak manfaat seperti kelapa yang bisa mempunyai ribuan produk turunan, yang bermanfaat ekonomi yang cukup luas bagi masyarakat Indonesia
Dari pelaksanaan FGD tersebut terkuat banyak bentuk sosial dan budaya Indonesia yang sangat berpotensi untuk dikelola menjadi pengembangan ekonomi masyarakat yang bisa menjadi daya ungkit ekonomi kerakyatan dan keunggulan bangsa, PPRA LXII bisa berbangga mengangkat tema dan tajuk ini karena melihat manfaatnya bagi kemajuan bangsa dan masyarakat Indonesia. (Red )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.