Semarang, jatengtrust.com – Menjelang bulan suci Ramadhan, harga kebutuhan pokok biasanya akan mengalami kenaikan, dan kenaikan harga tersebut adalah hal biasa. Hal ini, karena kebutuhan barang cukup tinggi, sementara ketersediaan terbatas.
Hal tersebut di sampaikan Wakil Ketua Komisi B DPRD Jateng, Sri Maryuni, dalam diskusi bersama Parlemen dengan Tema, Fenomena Harga Sembako Jelang Ramadhan, di Hotel Noormans Semarang, Selasa, 14 Maret 2023.
Lebih lanjut , Sri Maryuni menuturkan , Oleh sebab itu masyarakat jelang atau saat bulan suci ramadhan sebaiknya jangan terlalu banyak berbelanja, agar barang yang banyak dibutuhkan selalu tersedia, sehingga harga tidak akan naik, tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng, M Arief Sambodo mengatakan, bahwa ketersediaan kebutuhan pokok saat ini masih aman. Sedangkan harga kebutuhan pokok berdasarkan pantauan ada 140an pasar pantauan dengan sistem SP2KP.
Kemudian dilakukan sandingan perbandingan minggu kedua bulan maret dengan bulan Februari. Ternyata di bulan maret ini masih lebih rendah, kecuali cabai rawit merah masih mahal yaitu Rp 65 ribu/kg, lebih tinggi dari bulan februari lalu, kata Arief Sambodo.
Arief menjelaskan , Sedangkan fenomena kenaikan harga akan terjadi pada H-7 lebaran. Namun yang lebih penting adalah ketersediaan stok bahan pangan. dengan ketersediaan bahan pangan maka akan mengerem kenaikan harga.
Setiap Ramadhan atau lebaran, pasar murah menjadi pilihan masyarakat untuk mendapatkan barang sembako yang harganya ekonomis, karena ini sangat membantu masyarakat.
Selain itu Disperindag Provinsi Jateng bekerja sama dengan satgas pangan Polda Jateng beserta Pemerintah Kabupaten kota untuk rutin melakukan operasi pasar, jelasnya.
Arief pun berpesan kepada masyarakat dalam bulan Ramadhan nanti tetap beribadah dengan nyaman, dan jangan memikirkan stok pangan. Untuk pelaku bisnis hendaknya mengambil keuntungan yang sewajarnya. Sehingga dalam perayaan Idul Fitri nanti semua akan nyaman dan aman. Masyarakat pun di himbau untuk merubah pola konsumtif menjadi produktif, pungkasnya. (Red)